Ekonom sekaligus Rektor Universitas Atma Jaya Prasetyantoko menilai peningkatan penjualan surat berharga negara (SBN) ritel tak lepas dari pesatnya perkembangan platform berbasis fintech.
Salah satu pendiri Indonesia Fintech Society (IFSoc) itu mengatakan itu terjadi akibat masuknya beberapa penyelenggaraan fintech menjadi mitra distribusi terbaik penjualan SBN ritel.
"Pertumbuhan perusahaan fintech yang terlibat dalam penjualan SBN turut serta berkontribusi besar dalam peningkatan investor ritel, di mana dibuktikan dengan fintech berhasil masuk dalam jajaran mitra distribusi terbaik dalam penjualan SBN ritel," ucapnya dalam diskusi virtual Catatan Fintech 2020 dan Outlook saat Fintech 2021, Selasa (29/12).
Memang, kata Prasetyantoko, tak dapat dipungkiri bahwa pandemi turut berkontribusi dalam peningkatan penjualan SBN ritel lantaran masyarakat mengalihkan belanja konsumtif menjadi investasi. Namun, tak dapat dipungkiri pula bahwa jumlah investor muda yang membeli SBN lewat penawaran online terus bertambah.
"Menurut data kementerian keuangan komposisi investor milenial yang berusia 20-an tahun pada surat berharga negara ritel semakin bertambah baik offline maupun online. Untuk penawaran online rata-rata didominasi oleh investor milenial," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama pendiri IFSoc Mirza Adityaswara menilai ke depan ekosistem fintech harus dibangun lebih sehat agar manfaatnya dapat dirasakan secara optimal.
Dalam hal ini, regulator harus memastikan agar konsumen mendapatkan pelayanan yang baik dari para penyedia jasa fintech. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Periode 2013-2019 itu juga mendorong agar inovasi dan investasi di fintech terus dilakukan agar makin banyak masyarakat yang dapat menikmati kemudahan dalam berbagai aktivitasnya, mulai dari membeli makanan hingga membeli polis asuransi.
"Di kota-kota besar di Indonesia menikmati bisa pesan makanan dengan lebih mudah, bisa naik angkutan dengan lebih mudah. Kalau yang di sektor kesehatan bisa konsultasi ke dokter sekarang dengan cara yang lebih mudah, bisa dapat advise tentang kesehatan, beli obat juga lebih mudah," ucap Mirza.
Kendati demikian, Mirza mengingatkan bahwa perlindungan konsumen harus selalu dikedepankan terutama dengan mencegah terjadinya fraud.
Lantaran itu pula, IFSoch terus menerus mengajak pemerintah dan regulator baik itu Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, serta regulator terkait teknologi dan telekomunikasinya untuk terus membuka pintu diskusi. Jangan sampai, kata Mirza, regulasi dibuat tanpa mengukur seberapa jauh teknologi tersebut telah berkembang dan tak fleksibel.
"Suatu regulasi yang sifatnya "principle based" itu penting. Karena kalau sifatnya teknikal satu per satu, akhirnya terlalu "very detail" dan akhirnya approval-nya juga membebani regulator sehingga approval-nya terlalu lama juga, dan akhirnya masyarakat tidak dapat terlayani," tutupnya.
0 comments